Friday 4 April 2014

Mendengar, Ada Seninya

Pembicaraan yang mengasyikkan itu sebenernya didasari rasa saling mengerti dan setiap orang sama-sama menikmatinya. Ini hanya bisa terjadi bila kedua pihak yang berbicara mempunyai kesempatan yang sama untuk mengungkapkan isi hati, pikiran, dan perasaannya. Untuk itu kedua belah pihak pun harus bisa menjadi pendengar. Tentunya kebutuhan orang untuk mendengar dan didengar tidak sama. Ada yang lebih senang mendengar, dan ada juga yang lebih senang didengar. Bagi yang suka mendengar pun ingin memiliki kesempatan menyampaikan apa yang dipikirkan dan dirasakannya.  Namun, kenyataan yang sering kita hadapi, banyak sekali orang yang tidak sadar akan keterampilan mendengar. Sehingga sudah terlanjur berada di zona nyaman untuk selalu didengarkan. Hal tersebut dapat merugikan orang lain dan berdampak kepada dirinya sendiri.

Siapapun menyadari komunikasi dua arah lebih baik daripada satu arah dan yang menjadi masalah, terutama dalam situasi informal, orang tidak sadar bahwa dia sudah terlalu banyak berbicara. Ini membuktikan bahwa menjadi pendengar yang baik itu bukan perkara yang gampang. Sadari bahwa komunikasi pun mempunyai lalu lintas. Ketika kamu merasa sedang mendapatkan lampu hijau untuk berbicara, cobalah untuk berbicara secara efisien dan lampu hijau tidak akan menyala terus. Ada saatnya dimana lampu merah menyala, artinya kamu harus berhenti bicara dan pihak lain mendapatkan kesempatan untuk berbicara.

Kamu perlu melatih diri sendiri untuk mengaturnya dan kesadaran ini datang dari diri kamu. Bila lawan bicara lebih dari satu, usahakan agar setiap orang sempat mengungkapkan diri dan terlibat dalam komunikasi. Jangan mendominasi pembicaraan, berusahalah menjadi pendengar aktif bagi pihak lain.

No comments: